Senin, 22 Juli 2013

Olympus Has Fallen : Tipikal 'Popcorn Action Movie' (Nonstop Action)


Ini pertamanya kali saya meresensi sebuah film, mengawali saya tak akan meresensi film 'berat'. Saya suka untuk mengawalinya dari film popcorn yang tak perlu mikir saat menontonnya. 

Olympus Has Fallen, bercerita dengan plot layaknya Die Hard 4 yang berhasil membuat Amerika dalam situasi diambang keputusasaan. Berlatar politik ketegangan di semenanjung korea antara dua korea, utara dan selatan, memaksa segerombolan orang yang bercita meciptakan Korea Bersatu yang Makmur beraksi mengambil alih gedung putih (white house) dan menyandera Presiden, Wakil Presiden dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat dan sejumlah petinggi pemerintahan di dalam sebuah bunker di dalam gedung putih. 

Penyerangan ini digalangi oleh Yeonsak Kang yang mempunyai masa lalu yang menyedihkan akibat perang Korea. Dia dibawa dari DMZ (Demilitarized Zone) saat kecil setelah ayahnya dieksekusi, bersama Ibunya. Tetapi Ibunya tewas akibat ranjau darat Amerika. Masa lalu memberinya obsesi untuk bekerja pada keadilan dan menciptakan neraka di gedung putih.

Mike Banning adalah seorang mantan kepala staff pengamanan presiden yang di non-aktifkan setelah kecelakaan di atas jembatan yang menewaskan istri presiden. Kini ia bekerja di departemen keuangan. Banning terlihat sangat frustasi bekerja di kantor yang hanya duduk di belakang meja dengan mengatakan kepada atasannya Jakobs, “Pekerjaan dibalik meja ini membunuhku.” Mike masih sangat menginginkan pekerjaan nya dulu sebagai staff keamanan presiden.

Sang ketua DPR Trumbull yang diperankan oleh Morgan Freeman selalu memikat seperti biasa, bijaksana dan selalu santai. Setelah presiden ditawan di bunker, Trumbull ditunjuk untuk menggantikan presiden karena wakil presiden juga ditawan dan akhirnya terbunuh, dieksekusi oleh para ‘teroris’ setelah sang Jendral Militer meremehkan para ‘teroris’ dan memaksa menyerang gedung putih dengan pasukan yang kata dia ‘terbaik di dunia’. Trumbull juga terlihat keras saat membentak Jendral Militer karena memerintahkan Mike Banning untuk mundur, biarpun Banning akhirnya menolak dengan mengatakan “Aku tidak bekerja padamu sialan.”

Meruntuhkan Kemustahilan

Momen – momen ini diawali setelah Kang membawa neraka ke gedung putih dengan penyerangan habis – habisan yang diawali dengan penyusupan pesawat tak dikenal ke Washington DC. Kang berhasil meruntuhkan simbol hegemoni Amerika yang menurut mitos dan banyak kalangan sangat mustahil menembus pengamanan di wilayah Zona Bebas Pesawat ini. Menurut beberapa kawan – kawan di salah satu forum ini malah dijadikan sebuah kritikan dimana para ‘teroris’ korea dengan mudahnya menembus pengamanan di Washington DC.

Tapi saya kira tak begitu, ini malah seperti sebuah pembuktian bahwa tak selamanya Amerika sebagai sebuah Hegemoni tak terlawan. Pembuktiannya, diluar bayangan ternyata para 'teroris' tak perlu kode Carberius ketiga (Carberius code: kode peluncuran nuklir amerika) milik presiden karena ternyata sang wanita dapat memecahkan kode sang presiden, ini membuktikan bahwa rentetan kode keamanan amerika sekalipun bukan barang mustahil untuk ditembus. Namun sekali lagi sayang sang wanita korea, entah siapa namanya, berakhir bunuh diri dengan meledakan diri di helikopter. hanya seperti itu? Iya, sangat tidak dramatis. Dan juga saat Kang menampar wajah Presiden lalu mengatakan, “Tentaramu perlu waktu 15 menit untuk sampai di sini, tetapi kami menghancurkannya dalam 13 menit.” Keruntuhan hegemoni amerika ini ditandai dengan diturunkan dan dibuangnya bendera di gedung putih yang telah kotor dan rombeng setelah pertempuran 13 menit. Bendera itu hanya terbang pasrah mengikuti angin lalu tersungkur ke bawah.

Banyak adegan Menghibur

Banyak adegan menggelitik yang disajikan di film ini, salah satunya justru datang saat kabar berita gedung putih telah jatuh menyebar keseluruh dunia, diantaranya suasanya antar korea utara dan selatan menegang. Dan yang paling menggelitik adalah di negara – negara Timur Tengah orang - orang malah berpesta seolah menyambut kemenangan.

Lalu juga saat sang presiden berdebat dengan ajudannya yang membangkang tentang siapa yang lebih berkhianat. Sang mantan ajudan terlihat memenangkan debat itu dengan mengatakan sambil meluap – luap “Kau menjual negera ini jauh sebelum diriku, Globalisasi dan Wall Street sialan itu. Berapa harga untuk membeli jabatan presiden belakangan ini? Hah? 500 juta dolar? Aku hanya fuckin pemula jika dibandingkan denganmu!” Bukankah perdebatan yang sangat ironi dan menggelitik?

Adegan lain adalah saat setelah Ketua DPR Trumbull menggantikan Presiden kemudian para staff – staff Pentagon mengatakan masalah yang bias ditimbulkan akibat kejadian di Gedung Putih dan Trumbull dituntut untuk memustuskan kebijakan apa yang akan diambil, hening suasana ruangan dan para staff menunggu keputusannya, tetapi dia malah memesan kopi setengah – setengah, manis tapi rendah kalori. Pakai gelas. Tak boleh menggunakan kertas atau sterefoam. Wajah para staff hanya melongo saling melihat satu sama lain melihat Trumbull malah memesan kopi dengan ketentuan aneh – aneh.

Kurang Dramatis

Mungkin sang sutradara ingin film ini menjadi penyempurnaan film Die Hard 4, maksudnya seri film action yang lebih realistis dan tak perlu banyak basa – basi. Dilihat dari gaya pertempuran yang tanpa babibu langsung tembak, tusuk, pukul menjadikan film ini tampak lebih nyata ketimbang Die Hard 4. Tetapi banyak hal yang tak se-dramatis Die Hard 4, sebagai contoh saat penyelamatan Sparkplug sandi untuk anak presiden yang hanya begitu, cukup mudah. Biasanya film action akan memberikan kesulitan datang silih berganti saat sang jagoan mencoba menyelamatkan asset yang cukup penting. Di sini sparkplug menjadi penting karena untuk mendapatkan kode carberius sang presiden yang menurut Trumbull, presiden akan bertahan semampunya tetpi jika anaknya disakiti, tak ada yang bias bertahan dalam situasi seperti itu.

Tetapi yang paling saya sesali sekali lagi tentang sang gadis yang cukup pintar dan menjadi tangan kanan Kang hanya mati dengan cara meledakan diri dengan helikopter, dan seolah – olah kang dan preside nada di dalam heli tersebut.

Well..buat yg suka film action mungkin kalian wajib buat nonton film ini. Meskipun banyak kalangan menilai terlalu banyak kemustahilan dan banyak hal yang mengambang serta plot nya yang mirip seperti Die Hard 4 tetapi tetap menarik dan menyuguhkan ketegangan dari awal hingga akhir. Olympus Has Fallen adalah tipikal film popcorn action movie yang nonstop action.

Jumat, 19 Juli 2013

Tika And The Dissidents, Alunan Dongeng Para Pembangkang

Lagi - lagi pembenaran saya muncul lagi, untuk mengawali biasanya saya akan membagikan sesuatu yang menginspirasi yang membuat saya menulis tentang sesuatu. Sebenarnya tadi ingin menulis sendiri tentang Tika And The Dissidents, tetapi saya pikir sangat terlalu terlambat menulis tentang grub band ini dan ada tulisan lebih keren yang justru malah datang dari KapanLagi.com dan saya pikir belum banyak yang membacanya, bisa dilihat di sana hanya ada tiga buah saja komentar. Langsung saja, silahkan disimak.

KapanLagi.com - Di saat topik cinta, patah hati serta perselingkuhan menjadi suguhan utama kebanyakan penyanyi solo, duo, trio maupun band di tanah air, Tika and The Dissident hadir menawarkan cita rasa yang berbeda. Tema cinta memang masih menjadi komoditas panas para musisi Indonesia. Karena tema ini sangat universal dan bisa dinikmati hampir oleh semua kalangan penikmat musik tanah air.

Namun, Album THE HEADLESS SONGSTRESS (2009) ini menyuguhkan sebuah pilihan tema yang unik, mulai dari buruh, kritik pemerintahan, bahkan sampai tema yang menyentil pun, homoseksualitas, tersaji dalam album ini. Tidak berarti tema cinta itu usang, namun hadirnya Tika and The Dissident yang dimotori oleh Kartika Jahja (vokal), Susan Agiwitanto [bass], Lucky Annash [piano] dan Okky Rahman Oktavian [drums] ini membawa perspektif baru dalam memandang kehidupan.

Kartika Jahja, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Tika ini sebelumnya pernah mengeluarkan album FROZEN LOVE SONG (2005) dan DEFROSTED LOVE SONGS (2006). Kedua album tersebut sama-sama mengusung genre musik jazz, swing, dan bossanova. Walau tersemat kata love songs pada judul albumnya, jangan harap mendengar lagu tentang cinta yang penuh kehangatan. Tika menyajikan sepotong kisah cinta dengan dingin dan kelam. Namun, di album yang kedua ini, Tika bergabung bersama para pembangkang (The Dissidents) menyebarkan aroma pemberontakanya melalui album yang bertajuk THE HEADLESS SONGSTRESS ini.

Selain sajian tema yang unik, album yang berisi 12 track ini menawarkan beragam genre, atau lebih tepatnya tidak bisa dimasukkan dalam genre tertentu. Mulai jazz, rock, blues, country, tango dan waltz tumpah ruah di album ini. Bahkan ada juga song track yang direkam dalam format accapella.

Layak jika album ini mendapat review positif dari Time dan bahkan didapuk jadi Artist of The Year 2009 versi majalah Tempo. Menilik daftar edarnya yang sudah berlalu (tahun 2009-red), atau bahkan bisa dibilang so yesterday, tidak berarti album yang satu ini harus diacuhkan. Tanpa tendensi apapun, album ini siap memanjakan dahaga para penikmat musik tanah air dengan sajian yang menyegarkan.

Mengutip peribahasa populer, dari mata turun ke hati, album THE HEADLESS SONGSTRESS ini sudah membuat pembeli jatuh cinta bahkan sebelum mereka mendengarkan musiknya. Tidak seperti kebanyakan CD album yang dikemas dalam wadah persegi berbahan mika, album yang satu ini dikemas dalam diary persegi dengan kolase gambar retro dan vintage serta dibungkus dalam dompet kain bermotif floral dan kotak, yang berbeda-beda di tiap CDnya.

Salut bagi Head Records dan Demajors yang menjualnya dengan harga hanya Rp. 38.000, berbahagialah orang yang menghargai CD asli dan membeli album dengan cover bergambar malaikat tanpa kepala dan memegang megafon ini.

Pemilihan lagu Tantang Tirani sebagai menu pembuka pada album ini adalah sebuah pilihan yang cerdas. Tantang Tirani adalah sebuah lullaby yang mengalun lembut, membuai para pendengarnya untuk masuk kedalam dongeng versi TIKA and THE DISSIDENT dalam lagu-lagu berikutnya. Tanpa iringan alat musik pun lagu acapella yang satu ini berhasil membuat penikmat musik terhanyut dalam irama nina bobo yang dialunkan Tika. Tengok sepenggal baris pada lagu ini, "Jadilah kau lelaki nan lantang. Jangan takut tantang tirani." Sungguh lirik yang menggelitik untuk sebuah lullaby, yang biasa dinyanyikan seorang ibu untuk menidurkan anaknya.

Nikmati irama broadway swing yang terdapat dalam Red Red Cabaret. Suara bass yang begitu dinamis, irama snare drum yang begitu ritmis, serta permainan piano mengiringi Tika bercerita. Tersaji dalam bahasa Inggris, Red Red Cabaret bercerita tentang drama kehidupan selebriti.

Setelah cerita tentang kabaret selebriti ia rangkum dalam Red Red Cabaret, di Tentang Petang, akan menghadirkan sisi kelam dari kehidupan. Secara garis besar lagu ini bercerita tentang doa seorang wanita pada pasangannya agar tidak pulang saat malam tiba, sederhana namun menarik. Keraguan dan ketidaknyamanan akan kondisi sebuah negara boleh jadi merupakan inspirasi bagi Tika and The Dissident untuk membuat lagu ini. Rasa mencekam dan ketakutan sepertinya jadi jualan Tika disini. Dengan memainkan organ dan piano sebagai instrumen utama suasana mencekam yang ingin dibangun pastilah terangkai sempurna. Terlebih suara male choir yang menjadi latar semakin membuat bulu kuduk berdiri.

Coba dengarkan mars enerjik dengan paduan hentakan drum, bass eletrik, raungan gitar, sampling elekronik, serta suara seruan "Oi oi oi" yang bisa membangkitkan semangat dalam Mayday. Lagu ini bercerita tentang buruh dan kesamaan hak. Irama yang dibangun sesuai dengan tema yang di angkat, semangat perjuangan sangat terasa di lagu ini. Apalagi suara vokal Tika yang terdengar seperti berteriak, layaknya orator yang sedang membakar semangat para demonstran. Karena tema yang diangkat, kabarnya lagu ini menjadi mars buruh di salah satu negara bagian di Amerika.

"Marry loves Betty they are both so happy. But daddy wants Marry to marry Eddy. But Eddy loves Larry, people think its crazy. But Larry knows Marry and they are okey dokey with it."

Siapa yang tidak tergelitik nurani saat mendengar penggalan lirik Clausmophobia di atas? dari penggalan itu saja sudah ketahuan bakal bercerita seperti apa nantinya. Homoseksualitas memang jadi tema di lagu pamungkas album ini. Dengan iringan gitar country. Lagu ini lebih seperti balada yang dinyanyikan Tika untuk menyentil orang-orang yang memang jarang membahas tentang isu sensitif yang satu ini. Coba dengarkan lagu ini secara utuh maka akan ketahuan mengapa Tika memilih judul Clausmophobia yang mungkin diambil dari gabungan kata claustro-homo-phobia. Jempol untuk Tika and The Dissident yang berhasil menyulap isu sensitif ini menjadi sebuah lagu easy-listening yang catchy.

Overall, mendengarkan album ini secara keseluruhan seperti membaca buku harian seorang gadis yang bertutur tentang keresahannya pada dunia, lingkungan, dan kesehariannya. Ada perasaan sedih, marah, senang, takut, riang yang tersampaikan dalam kedua belas lagu di album ini. Album ini memberikan sebuah sisi lain musik Indonesia yang digarap secara apik secara seimbang lirik dan musiknya.

Track List:

1. Tantang Tirani

2. Polpot

3. Venus Envy

4. 20 Hours

5. Uh Ah Lelah

6. Red Red Cabaret

7. Ol Dirty Bastard (featuring Anda)

8. Infidel Castratie

9. Waltz Muram

10. Tentang Petang

11. Mayday

12. Clausmophobia (kpl/dka)

keren bukan? kalo mau link download di sini : tika and the dissidents